Tekuluk

Alias: Tekuluk
Link Referensi: <ol> <li>Maryam Mangku Zahari, 86 Tahun, Olak Kemang Kec. Danau Teluk Kota Jambi</li> <li>Mastura, 81 Tahun, Tanjung Pasir Kec. Danau Teluk Kota Jambi</li> <li>Amran Abdullah, 81 Tahun, Kel. Simpang Tiga Sipin Telanaipura Kota Jambi</li> <li>Muhammad, 87 Tahun, Jangkat Kab. Merangin</li> <li>Zainab, 74 Tahun, Sekernan Kab. Muaro Jambi</li> <li>H. Adnan, 76 Tahun, Pulau Rengas Kab. Merangin.</li> <li> Ibnu Yulis, 63 Tahun, Pulau Rengas Kab. Merangin </li> <li> <p dir="ltr">A. Manap, 87 Tahun, Tanjung Pauh Mudik Kec. Danau Kerinci</p> </li> <li> <p>Sutan Rusli, 88 Tahun, Tanjung Tanah Kec. Danau Kerinci</p> </li> <li> <p>Asnawi, 80 Tahun, Muaro Bulian Kab. Batanghari </p> </li> <li> <p>Asnawi Yusuf, 83 Tahun Tebo Hulu Kab. Tebo</p> </li> <li> <p>Muchtar Yatim, 88 Tahun, Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat</p> </li> <li> <p>Baharuddin, 89 Tahun, Dendang Tanjung Jabung Timur</p> </li> <li> <p>Rosmaladewi, 85 Tahun, Pelawan Kab. Sarolangun</p> </li> <li> <p>M. Saleh, 84 Tahun, Muaro Tebo Kab. Tebo</p> </li> <li> <p>Saroja, 87 Tahun, Desa Tanjung Kab. Sarolangun</p> </li> <li> <p>Mahbuba, 80 Tahun, Dusun Bawah Buluh Kab. Sarolangun</p> </li> <li> <p>Rustam, 82 Tahun, Dusun Kasiro Kab. Sarolangun</p> </li> <li> <p>Asnah, 78 Tahun, Dusun Tinggi</p> </li> <li> <p>H. Matzakin, 81 Tahun, Pulau Sigiris Kab. Sarolangun</p> </li> <li> <p>H. Bachtiar Latif, 82 Tahun, Bangko Kab. Merangin</p> </li> <li> <p>Nurhayati Khalam, 60 Tahun, Kungkai Kab. Merangin</p> </li> <li> <p dir="ltr">Nurhani, 71 Tahun, Bangko Kab. Merangin</p> </li> <li> <p>Syam Rusli, 71 Tahun, Sabak Hulu Kab. Tanjung Jabung Timur </p> </li> <li> <p>Rustam Efendi, 68 Tahun, Mandiangin Kab. Sarolangun</p> </li> <li> <p>Basyaruddin Saroja, 87 Tahun, Batang Asai Kab. Sarolangun</p> </li> <li> <p>Manan, 87 Tahun, Desa Pelipan Kec. Sungai Manau Kab. Merangin </p> </li> <li> <p>Ashari, 59 Tahun, Kel.Kampung Baruh Rantau Panjang Kab.Merangin <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> <br> </p> </li> <li> <p dir="ltr"> <br> </p> </li> </ol>
Asal: Jambi
Jenis: Kecakapan teknik (know how), keterampilan, inovasi, konsep, pembelajaran dan praktik kebiasaan lainnya
Kondisi:
- Masih Bertahan
- Sudah Berkurang/terancam punah
Upaya Pelestarian:
- Promosi Langsung, promosi lisan (mulut ke mulut)
- Pertunjukan Seni, pameran, peragaan/demonstrasi
- Selebaran, poster, surat kabar, majalah, media luar ruang
- Radio, televisi, film, iklan
- Internet
Pelapor: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi
Kustodian: Dekranasda Provinsi Jambi
Guru Budaya/Maestro: Dra. Nurlaini
Kebudayaan donsong, di Vietnam utara (red river valley) yang ada pada masa dinasti Han yaitu dizaman perunggumemberikan pengaruhnya ke asia tenggara sampai ke Indonesia. Sebagai contoh yang dapat dilihat dalam kegiatan bertani di sawah, menangkap ikan di laut, berlayar dan memancing, menggunakan perlengkapannya. Bentuk, jahitan dan tradisi mereka berpakaian sangat kuat pengaruhnya dalam tradisi suku-suku di provinsi jambi. Pengaruh ini lebih dari seratus macam tradisi penutup kepala yang tersebar diseluruh jambi. Bentuk dan cara memakainya beraneka ragam, disesuaikan dengan penggunaannya sebagai pelengkap adat, maupun sehari-hari
Menurut berita cina pada tahun 640 ada utusan pertama dari Ho-Ling, dia menyebutkan bahwa dipantai timur sumatera telah berdiri kerajaan melayu (melayu tua) abad 6-7 M yang pusat di minang tamwa (di muara tembesi, yang sekarang termasuk wilayah batanghari). Tertulis dalam prasasti kedukan bukit. Menurut catatan cina dari masa dinasti tang yang mengatakan pada tahun 672M dan 678M (kekayaan melayu/mo lo yeu).
Pada tahun 1451 mulai berdirinya kerajaan islam, sebagai sultan pertamanya ialah datuk paduko berhalo seorang ulama asia, bekas panglima tentara turki yang menetap di muara sabak, menikah dengan puti selaras pinang masak, memegang teguh pada “Tiga Tungku Sajarangan” yaitu adat bersendi syara’, syara’ bersendi pada kitabullah yang maknanya adalah syara’ (ayat) mengatakan (habluminallah). Adat memakai (habluminannas).
Orang jambi sudah sejak dahulu sebelum agama islam masuk sudah mengenakan tradisi penutup kepala atau kuluk. Memakai baju kurung yang pada menggunakan potongan kikat yaitu adanya potongan menyiku dibawah ketiak sampai batas pinggang, masyarakat minangkabau menyebutnya basiba jugakebaya panjang berlengan. Adat ber-kuluk dapat diartikan sebagai salah satu dari sekian banyak bentuk ketaatan kita dalam menjalankan agama islam.
Indonesia dikenal sebagai bangsa dan negara yang memiliki kekayaan budaya luar biasa, keindahannya, keragamannya, juga nilai falsafah yang terkandung didalamnya. Dalam keanekaragaman budaya Indonesia tersebut, satu diantaranya yang dimiliki provinsi Jambi. Salah satu kekayaan budaya jambi adalah kebiasaan kaum wanita mengenakan penutup kepala atau yang disebut tekuluk. Setiap daerah di jambi memiliki ragam tekuluk yang unik, cantik sekaligus penuh makna, meski arus modernisasi tak terhindarkan namun tekuluk masih bias ditemukan dalam berpakaian sehari-hari maupun pada acara-acara istimewa. Dekranasda jambi merasa perlu menginvetarisasi dan mendokumentasi dengan baik, agar warga jambi maupun masyarakat umum dapat mengetahui adanya salah satu kekayaan budaya jambi dan melestarikannya.
Penutup kepala dan pakaian merupakan lambing yang memiliki makna, symbol dan wibawa serta mencerminkan kepribadian masyarakat serta alam pikiran masyarakat setempat. Sebagai contoh, penutup kepala wanita suku melayu jambi ujung kainnya tergantung disebelah kanan berarti si wanita sudah menikah dan jika kainnya jatuh sebelah kiri berarti si wanita masih dapat dilamar.