SINDENG

Alias: SINDENG SIKAPUR SIRIH, SINDENG ELANG BETEDUNG, SINDENG PUNGGAWA
Link Referensi: <p>Clercq, F. d. (1895). Bijdrage tot de Geschiedenis van het Eiland Bangka. Journal of the Humanities and Sosial Sciences of Southeat Asia Raden Achmad, A. A. (1925). Riwayat Poelau Bangka Berhubungan dengan Palembang. Elvian, A. (2014). Kampung di Bangka Jilid 1. Dalam A. Elvian, Kampung di Bangka Jilid I Kurniawan Wahyu, (2016) Kulek Terakhir Sebuah pengantar Suku Sawang</p> <p> <br> </p>
Asal: Kepulauan Bangka Belitung
Jenis: Kemahiran membuat kerajinan tradisional, makanan/minuman tradisional, moda transportasi tradisional
Kondisi:
- Sedang Berkembang
- Masih Bertahan
Upaya Pelestarian:
- Promosi Langsung, promosi lisan (mulut ke mulut)
- Internet
Pelapor: Elfan Rulyadi, ST
Kustodian: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Selatan
Guru Budaya/Maestro:
- Marwan
- Kamaludin
Sindeng berasal dari Kepulauan Pongok Bangka selatan. Bukan tanpa alasan sindeng ini dibuat pasti ada seuatu dibaliknya. Sindeng dibuat pada masa penjajahan sebagai simbol pemersatu etnis yang ada di pulau Pongok dan sekitarnya.
Pongok sangatlah terkenal dimasa itu sebagai daerah markasnya bajak laut atau Lanon yang meraja lela di Selat Gaspar dan Selat Lepar. Ini menjadi momok tersendiri dimana perairan pongok adalah perairan yang sangat penting untuk dunia
Pongok di pimpin Oleh Kadipati Muhammad ali Bin Arifin. Muhamad ali diperintah oleh Sultan Mahmud Badarudin II untuk membasmi para Lanun yang meraja lela di Perairan Lepar, Pongok,gaspar Tanjung merun sampai ke semujur. Dibantu dari perahu besar dari pihak belanda yang diberi nama perahu -perahu Keruis. dan menangkap mereka semua dibawalah semuanya ke ke Benteng Penutuk dikumpulkan di suatu rumah. Mereka semua dibunuh dari pihak belanda dalam sebuah rumah dan dihabisi secara langsung darah mereka berceceran dimana-mana dan membanjiri seluruh lantai tanah rumah tersebut . sampai saat ini tanah tersebut tetap berwarna merah disebut warga setempat sebagai Pasir Merah.
Akibat kejadian itu lah membuat kehebohan di masyarakat Pongok dan Suku suku laut yang berada di sekitar Bangka Belitung dan sekitarnya. sehingga menimbulkan rasa saling curiga dan kekhawatiran terhadap siapa - siapa yang menjadi lanun akan diberikan hukuman mati.
Pongok ini pula terdiri dari banyak Etnis Etnis ada jawa,Sumatra, Bugis, Kalimantan, dan Melayu Riau yang saling curiga satu sama lainnya. banyak sekali masyarakat yang tidak bersalah yang dicurigai sebagai lanun ditangkap dan di hukum dari pihak belanda.
Dari kegiatan tersebut yang paling ter Imbas adalah suku suku Laut yang paling dicurigai sebagai lanun. padahal suku laut suku suku laut ini banyak berasal dari pasukan atau dari panglima sarah dari Johor yang tidak kembali ke Johor Peran Adipati Muhamad ali sebagai pemersatu wilayah Sindang mengumpulkan para Pemimpin setiap suku untuk membicarakan cara memberantas Lanun dipanggillah para tetua adat yang bergelar ma demang mereka adalah pemimpin suku suku laut sekak yang ada di bangka atau belitung dari pertemuan inilah terjadi kesepakatan untuk menyatukan masyarakat dan etnis ini dalam satu kesatuan dan sebagai penanda mereka membuat simbol pemersatu yaitu sindeng . Kenapa harus Namanya harus sindeng tidak ada makna yang bisa kita cari arti dari kata Sindeng.Sindeng ini berasal dari kata Sindang yang artinya Perbatasan.
Jadi sindang adalah suatu sistem dalam kesultanan Darusalam Palembang Urutan dan tingkat wilayah nya karena letaknya sangat jauh dan terpisah dari pulau Sumatra Kesulatan Darusalam Palembang Memberikan Otonomi Khusus yang diberi nama daerah SINDANG MARDIKA yaitu daerah perbatasan yang Bebas (Mardeka ). Sindang Wilayah ini dikuasai oleh para pemimpin lokal atau yang biasa disebut pasirah dan bergelar Depati.Untuk Gegading dan Batin bertindak sebagai kepala-kepala kelompok masyarakat kesukuan yang otonom Diatas Adipati . Dibawah Adipati yang dikepalai oleh seorang Proatin atau juga disebut Kerio atau Pengandang. dan Kepala kampung dipimpin Oleh Penggawa. Depati bukan berposisi sebagai bawahan sultan. tetapi hanya Kekuasaan sultan dalam bentuk pemberlakuan hakhak untuk melakukan pungutan dan kerja wajib bagi istana secara langsung pada kelompok-kelompok masyarakat di wilayah Sindang secara praktis tidak berlaku. Masyarakat sindang diatur dengan perangkat hukum tersendiri. Sindang oleh sultan tidak dipandang sebagai kawulaatau bawahan, melainkan sebagai mitra yang membentuk hubungan patron-klien.Sultan bertindak sebagai patron (pelindung) terhadap masyarakat sindang karena jasa mereka dalam menjaga keamanann daerah perbatasan (sindang).
Pertemuan itu dilakukan karena Perampokan dilaut sudah sangat mengkhawatirkan dan menjadi sorotan dimata dunia .Pada tahun itulah adipati mengajak para suku laut untuk sama-sama memberantas Para Lanon secara bersama-sama. dalam pertemuan itu pula adipati menjelaskan Undang Undang sindang mardika untuk ditegakkan dibawah kepemimpinan Beliau.
Kadipati Abang Muhammad ali lebih baik melakukan pendekatan persuasif dengan pendekatan kekeluargaan untuk memberantas Lanun tidak melakukan secara kekerasan. Ini membuat para ma demang menjadi semakin kagum dengan kepemimpinan abang Muhammad ali dan Setia terhadap Adipati dan Dan Kesultanan Palembang Darusalam.
Adipati Muhammad ali juga menetapkan para pemimpin suku untuk masing suku sebagai penggawa atau ma Demang untuk setiap wilayah. disinilah lahirnya aturan tersendiri tentang aturan aturan sindang Mardika untuk daerah lepar pongok dan sekitarnya. salah satunya adalah penetapan Penutup kepala.
Beliau membagi penutup Kepala sesuai dengan tingkatan tingkatan jabatan. Sindeng dibuat dengan cara mempersatukan unsur unsur adat serapan dari adat etnis yang dibawa yaitu dari berbagai etnis Kalimantan(Pontianak,Banjar,Palangkaraya), Sumatra (Palembang, Lampung, Minangkabau,Aceh Dll) Bugis ( Bajo,Bone Makasar ,Buton )Jawa (Mataram,Demak,Betawi Dll) Riau ( Lingga,kampar ) Malaysia (Johor Siak ) Pada zaman itu Penutup Kepala adalah suatu simbol Kehormatan seseorang.Akhirnya dibuatkanlah Sindeng Sebagai penanda pemangku Kelompok dan sebagai Beban tanggung jawab pemakainya. Beliau menetapkan Sindeng Menjadi 3 Macam yaitu Sindeng yaitu Sindeng Sekapur Sirih,Sindeng Lang Betedung,Dan Sindeng Penggawa
- Sindeng Sikapur Sirih
- Sekapur sirih adalah penutup kepala dikhususkan untuk Adipati atau yang dipertuan agung. Tidak semua orang yang bisa memakai sindeng Jenis ini. Sesuatu kehormatan dan kebanggan yang amat sangat jika kita memakai Sindeng ini. karena setiap ucapannya ini sangat di hormati oleh bawahannya. Putih keputusannya maka putih lah dilaksanakan. Artinya yang memakai jabatan ini haruslah orang orang yang Jelas dalam Ucapan, Tegas dalam tindakan Bijak dalam perbuatan dan Amanah dalam Memimpin.
- Seiring itupula Beban tanggung jawab semakin berat didapatkah karena harus melindungi mengayomi, menghargai,dan mempersatukan semua orang. filosofi Sekapur Sirih yang diambil adalah Kapal sebagai pemersatu semua sukusukudan etnis yang ada di lepar pongok.
- Sesuai dengan Namanya Sindeng Sekapur sirih sudah dapat digambarkan bagaimana kebanggaan mengunakan sindeng jenis ini. kenapa harus Sekapur sirih dipakai sebagai Nama Sindeng ada filosofi yang bisa diambil dari Sekapur sirih tersebut. Makna yang terkandung dalam kata sekapur sirih Masyarakat Melayu menggunakan sekapur sirih sebagai simbol menyambut tamu dan penghormatan kepada tamu dalam suatu pertemuan. Masyarakat Melayu terkenal dengan sifat sopan santun, berbudi bahasa serta penuh dengan adat budaya dalam menjalani kehidupan seharian. Sekapur sirih diibaratkan mirip seperti Perahu Kajang .
- Sindeng Elang Betedung
- Sindeng Lang betedung adalah sindeng yang dikhususkan untuk para krio atau dan pengadang yang berada dibawah kekuasaan Kadipati. Pada dasarnya bentuknya sama cuma berbeda pada Haluan saja. Untuk Haluan pada Lang betedung mengarah kebawah. Biasanya Penggunaan sindeng Ini digunakan dalam Acara adat,Pertemuan ,bahkan Perkawinan di Desa Pongok..
- Sindeng Punggawa
- Sindeng Penggawa adalah sindeng yang diperuntukkan Untuk Kepala Kampung,Tetua adat, Penghulu,Perangkat pemerintahan dll. Untuk Penggunaan Sindeng Penggawa juga dipakai saat-saat tertentu seperti Perkawinan,Pertemuan dan Upacara Adat. Didalam Perkawinan biasa dipakai untuk penghantar mahar atau penghantar Baki. Untuk Pertemuan Adat dipakai menandakan dia seorang Kepala kampung,Dusun,Penghulu,dan perangkat pemerintahan. Untuk Penggawa bisa juga digunakan untuk masyarakat Umum.