BARONGKO

Link Referensi:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulsel/barongko-unggul-pada-cita-rasa-dan-nilai-filosofi/
https://indonesia.go.id/kategori/pariwisata/930/barongko-si-manis-lembut-dari-bugis?lang=1
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Barongko
https://disbudpar.sulselprov.go.id/page/wisata/134/barongko
https://lifestyle.haluan.co/2023/08/01/sejarah-barongko-jejak-manis-makanan-khas-sulawesi-selatan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Barongko
Asal: Sulawesi Selatan
Jenis:
- Kecakapan Teknik
- Keterampilan
Kondisi:
- Sedang Berkembang
- Masih Bertahan
Upaya Pelestarian:
- Promosi Langsung, promosi lisan (mulut ke mulut)
- Radio, televisi, film, iklan
- Internet
Pelapor:
- Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto
- Muhammad Roem, S.STP., M.Si.
Kustodian: Dinas Pariwisata Kota Makassar
Guru Budaya/Maestro: Syamsinar
Sejarah awal mula kuliner Barongko adalah pada masa kerajaan-kerajaan Suku Bugis dan suku Makassar, barongko hanya disajikan untuk para raja. penyajiannya kemudian meluas ke masyarakat suku Bugis dan suku Makassar. barongko disajikan sebagai cemilan dalam upacara perkawinan adat dan upacara adat lainnya.
Barongko merupakan makanan khas di Sulawesi Selatan khususnya bagi suku Makassar dan Bugis. Diperkirakan hidangan ini telah ada dan menjadi bagian penting dari budaya masyarakat di wilayah Makassar dan sekitarnya sejak lama. Barongko merupakan singkatan dari ‘barungku mua udoko’ (Bahasa bugis), yang artinya barangku sendiri yang kubungkus. Maksudnya, adonan yang bahan bakunya adalah pisang, juga dibungkus dengan daun pisang. Makna dari kata ‘barangku mua udoko’ yaitu membungkus atau menjaga harga diri merupakan amalan dari nilai Siri uang tujuannya untuk menjaga harkat dan martabat diri sendiri dan menjaga nama baik keluarga. Nilai filosofis selanjutnya dari Barongko yaitu apa yang terbungkus di dalam sama dengan yang tampak dari luar artinya pikiran dan perasaan manusia harus selaras dengan tindakannya. Namun adapula yang menganggap bahwa Barongko berasal dari Bahasa Makassar yang merupakan bahasa lokal, beberapa orang percaya bahwa nama ini adalah adaptasi dari istilah dalam Bahasa Makassar yang merujuk pada pisang kapok yang digunakan dalam hidangan ini. Nama Barongko juga sejalan dengan budaya dan tradisi orang lokal di Sulawesi Selatan. Beberapa hidangan tradisional di Indonesia seringkali dinamai berdasarkan karakter lokal atau cerita tertentu yang terkait dengan hidangan tersebut.
Bahan adonan untuk membuat barongko terdiri dari pisang kepok yang dihaluskan, telur, santan, gula pasir, dan garam. Sedangkan bahan pembungkus adonan barongko adalah daun pandan dan daun pisang. Hidangan ini mengandung rasa manis dan aromatic yang menjadikannya sebagai makanan penutup yang sangat dihargai dan dinikmati oleh penduduk setempat.Barongko dibuat melalui pengukusan. Pada masa kerajaan-kerajaan suku Bugis dan suku Makassar, barongko hanya disajikan untuk para raja. Penyajiannya kemudian meluas ke masyarakat suku Bugis dan suku Makassar.
Barongko disajikan sebagai camilan dalam upacara perkawinan adat, hari raya dan upacara adat lainnya. Barongko memiliki makna filosofis berkaitan dengan hubungan antara adonan dan pembungkusnya. Salah satu alasan filosofis seringnya Barongko dihadirkan diacara perjamuan karena makna yang terkandung dalam Barongko. Barongko terbuat dari pisang, dibungkusnya pun dengan daun pisang, sehingga ketika tuan rumah rumah menyugukan Barongko pada tamu, ada pesan bahwa tuan rumah menyajikan “kejujuran” apa yang diluar sama dengan di dalam. Seperti Barongko, di dalamnya dari pisang dan bagian luarnya juga bagian dari pisang. Terlepas dari benar tidaknya filosofis tersebut, Barongko memang memiliki rasa yang legit. Gurih, manis, dan lezat adalah sensasi pertama yang menari di lidah ketika mencicipi kue tradisional khas Bugis yang satu ini. Cara pembuatan Barongko tergolong mudah namun membutuhkan kesabaran. Biasanya sebelum membuat adonan, terlebih dulu dibuatkan cetakan atau pembungkus yang terbuat dari daun pisang. Banyak orang yang meyakini, aroma khas Barongko berasal dari daun pisang yang membungkusnya.
Pembuatan
Pembuatan barongko untuk 20 bungkus memerlukan 6 buah pisang kepok. Pisang dipotong-potong seukuran dadu kecil. Setelah itU, pisang disisihkan. Sementara sisanya dipotong-potong dan dicampur dengan santan, telur, susu kental manis, garam dan gula pasir. Adonan ini kemudian dilumat hingga halus. Setelah halus, adonan dicampurkan dengan pisang kepok yang sudah dipotong-potong lalu diaduk rata. Dua lembar daun pisang digunakan untuk membungkus adonan barongko sebanyak 50 ml. Kemudian bagian luarnya ditambahkan daun pandan dan dibungkus dengan bentuk tum. Setelah itu, adonan yang terbungkus dikukus sekitar 30 menit sampai matang dan terasa padat. Setelah dikukus, barongko diangkat dan didinginkan.
Waktu penyajian
Penyajian barongko berfungsi sebagai camilan. Barongko pada awalnya merupakan sajian khusus bagi para raja pada masa kerajaan-kerajaan dari suku Bugis dan suku Makassar. Penyajiannya juga dilakukan pada pesta-pesta adat. Sebelum atau saat pesta perkawinan adat dimulai, barongko biasanya disajikan dalam bosara. Penyajiannya bersama dengan kue tradisional lainnya. Masyarakat suku Bugis dan suku Makassar menjadikan barongko sebagai kue utama dalam upacara perkawinan adat. Barongko disajikan sebagai salah satu kue utama dalam tradisi mappanre temme di masyarakat suku Bugis.