TAJHIN SORA

Alias: Tajhin Burombu
Link Referensi:
Judul : Tajhin Sora Makanan Tradisi Bulan Sura di Kabupaten Sumenep
Pengarang : Sukari; Ria Intani Tresnasih; Habibi
Editor : -
Penerbit : Kepel Press
ISBN : -
Tebal : 92 Halaman
https://www.merdeka.com/gaya/resep-tajhin-sora-atau-bubur-suro-khas-madura.html
https://wisata.viva.co.id/wisata/1027-ter-ater-tajin-sora-tradisi-masyarakat-madura-di-bulan-sura
Asal: Jawa Timur
Jenis:
- Metode Atau Proses Tradisional
- Kecakapan Teknik
- Keterampilan
Kondisi:
- Sedang Berkembang
- Masih Bertahan
Upaya Pelestarian:
- Promosi Langsung, promosi lisan (mulut ke mulut)
- Pertunjukan Seni, pameran, peragaan/demonstrasi
- Riset
Pelapor: DINAS KEBUDAYAAN KEPEMUDAAN OLAH RAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMENEP
Kustodian: DINAS KEBUDAYAAN KEPEMUDAAN OLAH RAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMENEP
Guru Budaya/Maestro: Siti Hatijah
Tradisi membuat tajhin sora, diperkirakan ada sejak tahun 1900-an dan selanjutnya berlangsung turun-temurun tanpa jeda. Awalnya, tajhin sora dibuat untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga sendiri dan untuk ter ater ‘dikirim/dibagi-bagikan’ kepada guru ngaji. Baru kemudian di sekitar tahun 1970-an, tajhin sora ter ater ke para tetangga.
Tajhin sora merupakan wujud kebudayaan sebagai benda hasil karya masyarakat Sumenep. Tajhin sora adalah tajin (bubur) disertai kelengkapannya, yang dibuat oleh masyarakat Sumenep pada bulan Sora yang lalu dihantarkan kepada para tetangga dan kerabat. Adanya anggapan bahwa bulan Sora merupakan bulan yang “sulit” atau “kurang baik”, menjadi melatari tradisi pembuatan tajhin sora dan ter ater.
Tajhin sora merupakan makanan berupa bubur beras bersantan dengan ada kelengkapannya. Dalam perkembangannya, kelengkapan tajhin sora beragam bergantung kemampuan dan keinginan yang membuatnya. Ada yang menyertakan udang, telur dadar yang diiris tipis-tipis, tempe yang dipotong-potong kecil lalu digoreng, tahu goreng, cecek ‘kulit’ dimasak kuah, telur rebus, daging ayam atau sapi, dan sebagainya
Tradisi membuat tajhin sora dan ter ater merupakan warisan budaya berupa praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki masyarakat Sumenep sebagai bagian dari warisan budaya mereka. Tradisi membuat dan ter ater tajhin sora hingga kini masih berlangsung, meskipun keberlangsungannya lebih dominan di lingkungan masyarakat yang tinggal di pinggiran kota dan pada kalangan orang tua-tua. Meskipun tradisi ini merupakan tradisi masyarakat Sumenep, namun demikian saat ini tradisi ini berkembang, meluas dilakukan oleh suku-suku lain yang ada di sekitaran tempat tinggal masyarakat Sumenep. Dengan adanya fenomena ini sudah tentu kebertahanan tradisi akan semakin kuat.