UKIRAN KARDULUK

Asal: Jawa Timur

Jenis: Ukiran

Pelapor: Dinas Kebudayaan Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (DISBUDPORAPAR) Pemerintah Kabupaten Sumenep


Makna Nama Ukiran Karduluk

Makna dari kata karduluk yang pertama berasal dari kata sekar dan duluk yaitu bermakna bunga pertama. Sedangkan arti kedua dari kata karduluk yang berasal dari kata ngekar dan duluk bermakna daerah perbukitan yang masyarakatnya memiliki kemampuan ngekar atau mereka-reka ukiran. Itulah beberapa versi makna dari kata Karduluk yang ada dan berkembang dikalangan masyarakat Desa Karduluk sampai saat ini.


Sejarah Ukiran Karduluk

Setiap sesuatu yang ada di alam ini pasti ada permulaannya, karena hal tersebut merupakan hukum kausalitas, sebab-akibat dari alam. Begitupun dengan asal-usul dari nama Karduluk yang telah dipaparkan di atas. Begitu juga dengan komunitas pengrajin ukir kayu yang ada di desa Karduluk. Sejarah mengenai komunitas ukir Karduluk berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat ada kaitannya dengan salah satu kerajaan yang terkenal di Jawa. Menurut cerita, legenda ini berasal dari sebuah kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya (Kertarajasa), yaitu kerajaan Majapahit yang pada waktu itu kerajaan sedang dipimpin oleh Kertawijaya (1447 - 1451) (Sholahudin, 2018).

Berdasarkan kisah yang diceritakan oleh Bapak As’adi di atas sejarah ukir di Desa Karduluk bermula dari kisah kepiawaian seorang seniman yang bernama Raden sungging pramanggara dalam bidang seni. Kepiawaian dalam hal seni ini mulai tersebar ke berbagai penjuru negeri hingga sampai ketelinga Raja Cina, tidak lama setelahnya Raja Cina tersebut tertarik dan mengundang Raden sungging untuk melukis permaisurinya. Singkat cerita, lukisan Raden sungging pun memicu kemarahan sang raja sehingga raden sungging diberi hukuman. Mulailah raden sungging melakukan perjalanan. Konon semua wilayah-wilayah yang dilalui oleh layangan Raden Sungging tersebut saat ini telah menjadi tempat pusat ukiran di Indonesia seperti contohnya ukiran khas Jepara, Desa Karduluk, dan Bali. Khusus untuk daerah Desa Karduluk dikisahkan bahwa alat milik Raden Sungging yang jatuh yaitu sebuah coret atau dalam istilah Madura “Panyabian” yang memiliki arti alat tulis. Alat ini yang menjadi awal tonggak berkembangnya tulisan dan ukiran serta keahlian yang dimiliki oleh Masyarakat Desa Karduluk sampai saat ini. (Indraprasti et al., 2019)

Jumlah pengusaha ukiran atau kelompok pengrajin

Menurut data Diskopdagperin Sumenep industri kecil menengah (IKM) desa Karduluk, terdapat sebanyak 14 usaha ukiran yang dimiliki oleh masyarakat desa Karduluk. Usaha ukran ini sudah berdiri sejak dulu, salah satu contohnya IKM milik Bapak Ahmad taufik yang sudah berdiri sejak tahun 1960. Produk yang dihasilkan oleh IKM ukiran ini berupa ukiran kayu, aksesoris, dan perabot rumah tangga seperti lemari, kursi, meja dan dipan ukir.

Jenis bahan baku/kayunya dan peralatan

Jenis bahan baku atau kayu yang sering digunakan oleh pengrajin ukiran di desa karduluk ada beberapa jenis kayu. Kayu jati merupakan jenis kayu yang utama sering digunakan oleh pengrajin. Jenis kayu jati sendiri memiliki variasi kualitas yaitu kualitas A, B, dan C. kualitas A adalah jenis kayu dengan biasanya warna full coklat kemerahan, kualitas B kualitas dengan warna campur coklat kemerahan dan putih namun lebih banyak merah daripada putihnya, dan yang terkahir kualitas C kebalikan dari kualitas B kualitas C yaitu lebih banyak putihnya dari pada coklat merahnya. Namun, jenis kayu yang sering digunakan kayu jati kualitas A dan B karena kualitas bagus dan sangat diminati oleh konsumen. Selain itu, jenis kayu lain juga banyak digunakan dalam pembuatan ukiran seperti kayu akasia, kornes, mimba dan mahone.

Jenis alat yang sering digunakan pengrajin diantaranya yaitu: (1) palu sebagai alat pemukul untuk memperdalam ukiran, (2) pangerong adalah alat yang memiliki fungsi untuk mengukir jika ingin membuat pola cekung pada ukiran dengan menggunakan alat ini. (3) pangokoh adalah alat kebalikan dari pangerong, dimana alat ini digunakan untuk membuat pola ukiran mengembung sehingga dengan menggunakan alat ini hasil ukiran akan lebih bulat. (4) coret atau panyabian biasanya digunakan untuk membuat pola urat-urat missal pada daun untuk urat dari setiap daun ataupun dari pada ukiran yang ingin diberi urat maka menggunakan alat coret ini, (5) pajhu adalah jenis alat yang digunakan untuk membuat ukiran dengan pola pahatan lurus dan datar bentuknya seperti pahatan pada umumnya. (6) panyolek merupakan alat untuk membersihkan dan merapik sela-sela ukiran seperti di pojok-pojok ukiran yang masih kasar agar lebih halus. (7) mesin plong memiliki fungsi untuk melubangi kayu ukiran, (8) bur memiliki fungsi untuk melubangi kayu biasanya digunakan dengan mesin plong, (9) pokol kayu untuk memukul alat ukir untuk memperdalam ukiran.

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan ukiran Karduluk adalah:

Alat Pangokoh, Alat Pangerong, Alat Pajhu, Alat Bur dan Alat Bur.

Teknik dan cara pembuatan Ukiran Karduluk 

Berdasarkan wawancara tersebut cara pengerjaan para pengrajin Karduluk dikenal dengan istilah “Alerok” artinya duduk di tanah. Teknik alerok ini para pengrajin langsung duduk di bawah dengan posisi kaki berada di atas kayu, sehingga kaki dan tangan bisa bekerja dengan cara kaki dapat memegang kayu ukiran. Hal ini berbeda dengan teknik para pengrajin ukiran pada umumnya yang menggunakan meja sebagai alas untuk meletakkan ukiran dengan pengrajin yang duduk di atas kursi.

Jenis-jenis atau bentuk motif, ornamen dan warna ukiran serta maknanya

Ukiran Karduluk mempunyai gaya yang khas yang sangat disengaja menghindari motif atau bentuk binatang atau manusia. Menurut salah satu pengrajin ukiran terdahulu memang menghindari wujud makhluk hidup yang sempurna, apalagi ukiran-ukiran yang bergambar tidak baik dan tidak pantas untuk diperlihatkan. Hal ini dihindari karena, seniman ukir terdahulu sangat menghargai dan menjung-jung tinggi ajaran agama yang dianut seniman terdahulu melarang menggambar makhluk hidup dengan sempurna

Seiring perkembangan zaman ukiran ukiran-ukiran yang bermotif binatang sudah banyak dibuat. Pembuatan motif tersebut hanyalah semata permintaan konsumen. Meskipun motif binatang, pengrajin membuat ukiran hanyalah berdasarkan imajinasi saja, gambar yang dibuat tidak sesuai persis dengan yang ada di dunia nyata. Dalam istilah pengrajin Karduluk gambar yang demikian disebut dengan istilah keddhe’. Contoh teknik keddhe’ ini adalah jika badan singa maka bentuk kepala harus mengggunakan binatang yang lain seperti contoh kepalanya menyerupai burung, sehingga motif yang terbentuk tidak menyerupai hewan yang ada dan dijumpai di dunia nyata.

Berdasarkan penjelsan tersebut ukiran karduluk memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan ukiran dari daerah yang lain. Adapun motif ukiran yang mendominasi ukiran Madura adalah daun, sulur, bunga, dan buah. 

Ukiran di desa ini memiliki corak dan kekhasan tersendiri yang telah dipengaruhi oleh keraton Sumenep. Ornamen yang mendominasi ukiran Karduluk adalah daun, sulur, bunga, dan buah. Bentuk daun ukiran motif Karduluk ini mempunyai kekhasan tersendiri, terutama pada ukiran daunnya yang seperti gigi gergaji dan ujung daunnya berikal.

Ukiran Karduluk memiliki beberapa perbedaan dengan ukiran lain. Hal tersebut menjadi ciri khas tersendiri bagi ukiran Karduluk. 

Kekhasan lainnya adalah warna ukiran yang memiliki corak warnawarni, kadang warnanya terlihat norak, seperti kuning, biru, merah dan hijau. Konon, pilihan warna-warni yang berani pada ukiran Karduluk tak lepas dari watak para pengrajinnya. Mereka umumnya mempunyai watak yang tegas dan berani. Watak yang ada pada diri para pengrajin itu kemudian dimunculkan pula dalam karya ukirnya, lewat warna-warna yang cerah dan menonjol.

Penggunaan warna pada ukiran karduluk lebih berani yaitu menggunakan warna-warna yang mencolok seperti merah, hijau, biru dan lainnya. Penggunaan warna yang berwarna-warni ini yang membedakan dengan ukiran di wilayah lain, yang mana daerah lain menggunakan warna kayu itu sendiri seperti warna kayu atau hitam maupun putih. Ukiran karduluk menggunakan warna hitam/putih tersebut sebagai dasar dari ukiran dan dikombinasikan dengan warna yang berani dan cerah. Proses pewarnaan yang mencolok ini ada teknik khususnya yang hanya dimiliki oleh pengrajin dari Kasrduluk, teknik tersebut dikenal dengan istilah “eshabut”. Eshabut merupakan teknik pewarnaan dimana jika ingin mewarnai merah itu tidak hanya merah melainkan ada tiga lapis warna setelah itu diujung ukiran, sehingga warnanya akan semakin indah. Eshabut ini merupakan teknik yang hanya ada di ukiran khas desa karduluk.

Pemilihan warna pada ukiran karduluk memiliki makna tersendiri. Warna-warna pada ukiran karduluk memiliki makna yang mendalam, diantaranaya beberapa warna yang sering digunakan yang memiliki makna yaitu warna merah, hijau, biru, dan emas. Warna merah berarti keberanian, warna hijau melambangkan religius, warna biru melambangkan keagungan, warna emas melambangkan kejayaan. Warna emas biasanya digunakan untuk pewarnaan bunga, warna merah untuk pewarnaan motif buah. Warna hijau untuk motif dedaunan dan warna biru biasa digunakan menempel pada item ukiran awalan atau dasar ukiran. Pada ukiran karduluk pada motif bunga yang besar atau karang-karang dan bebatuan yang besar memunculkan warna biru sebagai dasar pewarnaan, sehingga warna biru akan muncul pada item yang besar itu.

Imam Ghazali menyampaikan bahwa nenek moyang masyarakat karduluk memang adalah seorang pengrajin. Karduluk juga merupakan salah satu pusat yang menjadi pusat ukiran yang ada di Sumenep. Ukiran karduluk memiliki tekstur yang lebih lembut dibandingkan ukiran-ukiran yang lain. Di karduluk terdapat banyak sekali produk misalkan, Lemari, Ranjang, bahkan souvenir kerapan sapi juga merupakan bagian dari produk ukiran karduluk. Terdapat 4 jenis kayu yang seringkali menjadi bahan dasar pembuatan produk dari ukiran karduluk yaitu kayu jati, akasi, mahoni, kayu bungkarno (pohon mimba). Secara umum yang paling laris itu adalah lemari pakaian dan kursi santai. Dari segi harga, ukiran kardulul memiliki harga yang bervariasi tergantung kerumitan jenis ukirnya.

Bagikan artikel ini

Apakah konten ini membantu?